"Catatan Renungan Idul Fitiri 1431 H / 10 September 2010" Hari Idul Fitri 1431 Hijriyah jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010. Penetapan tersebut tertuang dalam keputusan Menteri Agama Nomor 116 tahun 2010 tertanggal 8 September 2010 tentang Penetapan 1 Syawal 1431 H. ini berarti bahwa umat Muslim di seluruh jagat raya ini akan merayakan hari raya kemenangan (idul Fitri). Idul fitri adalah merupakan sebuah momentum bagi setiap ummat manusia yang beriman untuk kembali ke fitrahnya sebagai makhluk yang suci dan terampuni dosanya. Akan tetapi, melihat fenomena saat ini masih banyak kalangan yang mengartikan Idul Fitri hanya sebagai hari terbebasnya manusia dari kewajiban berpuasa.
selain itu ada juga kalangan yang menjadikan Idul Fitri sebagai hari pamer kemewahan. sungguh ini semua merupakan hal yang keliru dalam memaknai Idul Fitri sehingga pada akhirnya ini hanya akan menjadi manusia saleh secara musiman. Oleh karena itulah di Hari Nan Fitri inilah, kita sebagai umat Islam hendaknya idul fitri menjadi momen untuk semakin menguatkan iman dan mendekat kita kepada Allah SWT dan menambah rasa Syukur (Bersyukur) kepada Allah SWT. Hal yang menggelitik yang patut kita renungkan adalah bahwa Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Nusantara akan tetapi fakta secara kualitas ini kita masih jauh tertinggal, baik pada sisi ilmu maupun pada sisi moral. Berkaca dari fenomena Idul Fitri yang berarti kembali pada kesucian atau kembali berbuka, maka kemidian muncul sebuah pertanyaan mengapa kultur bangsa mayoritas Muslim ini belum juga bergerak ke arah kesucian dalam upaya pencarian sebuah makna yang autentik tentang idul fitri itu sendiri? Ada dua hal yang kemungkinan menjadi faktor penyebab: Pertama, umat Islam boleh jadi masih terpaku dan terpukau oleh dahsyatnya suasana perayaan, tetapi melupakan filosofi yang mendasari Idul Fitri itu, berupa membangun kultur kesucian setelah satu bulan menjalani puasa Ramadhan yang sarat dengan perintah disiplin. Seperti apa yang diugkapkan dalam Al Quran dalam surat al-Baqarah: 183, tentang tujuan berpuasa sesungguhnya yakni la’allakum tattaqûn (semoga kamu berhasil meraih posisi takwa), ternyata bukan memang bukanlah sesuatu yang mudah sperti yang dibayangkan ketika para da'i memberikan Tausyia. Konsep takwa kepada Allah tak dapat diterjemahkan dengan sikap takut kepada Allah semata, tetapi mengandung pengertian menjaga diri dari kehancuran moral agar tidak dimurkai oleh Allah dengan tetap istiqamah. Puasa Ramadhan adalah tarbiah untuk melatih disiplin mental dan fisik kita selama sebulan penuh menuju posisi taqwa sehingga pada gilirannya kita kembali menjadi Fitra. Kedua, aspek asketisme Ramadhan belum disosialisasikan secara luas dan berkesinambungan mengenai filosofi puasa itu sendiri, khususnya ketika sebagian anak bangsa ini masih dililit gurita kemiskinan. Akibatnya, tidak jarang suasana Idul Fitri dirayakan secara berlebihan dan penuh kemewahan oleh mereka yang beruntung. Akan tetapi bagi mereka yang terdampar, berebut sedekah atau zakat fitrah di hari raya adalah kenyataan yang masih menjadi sebuah pemandangan buruk yang akrab dengan masyarakat kita. Memang tidak keliru melihat keterkaitan perasaan lapar dan dahaga selama puasa dengan sikap kepedulian sosial terhadap mereka yang telantar, tetapi harus lebih jauh dari itu, yaitu dengan berpuasa orang akan terbebas dari kerakusan, baik terhadap benda maupun terhadap kekuasaan. Akhirnya kita semua berharap denga Idul Fitri 1431 Hijriah tahun ini, dapat menyadarkan kita semua agar secara bertahap mau menyelami hakikat puasa dan Idul Fitri sehingga buah yang didapat adalah kemenangan hakiki, bukan sekadar ritual spiritual yang hampa tanpa makna. Selamat Merakan Idul Fitri 1431 H ‘TAQABALALLAHU MINNA WA MINKUM’ Minal aidzin wal faizin

0 comments:

Post a Comment

 
Top